Tuesday, December 20, 2022

Koneksi Antar Materi Modul 1 Aktivitas Guru Penggerak

Koneksi Antar Materi Modul 1 Aktivitas Guru Penggerak

Dalam membuat koneksi antar materi modul 1 ini akan saya sampaikan dengan menggunakan rubrik yang meliputi 3 (tiga) aspek terdiri dari : 1) pemikiran refleksi terkait pengalaman belajar; 2) analisis untuk implementasi dalam konteks CGP; 3) membuat keterhubungan.

Koneksi materi yang diharapkan adalah berupa kesimpulan mengenai peran seorang guru penggerak dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukum dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/ kelas, segitiga restitusi dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, serta visi guru penggerak.



A. Pemikiran Refleksi Terkait Pengalaman Belajar

Indikator :

1. Pemahaman/ materi pembelajaran yang baru saja diperoleh

Pada bagian pertama berkaitan dengan disiplin budaya positif mempelajari tentang teori kontrol dari William Glasser. Ada 4 hal yang dibahas diantaranya : 1) kita tidak bisa mengontrol orang lain, kita hanya dapat mengontrol diri sendiri; 2) semua perilaku memiliki tujuan; 3) model berpikir menang-menang, kolaborasi dan konsensus menciptakan pilihan-pilihan baru; 4) realitas (kebutuhan) kita berbeda, kita berusaha memahami pandangan orang lain tentang dunia, setiap orang memiliki gambaran berbeda. Pada tahapan pertama bahwa yang bisa mengontrol orang lain adalah dirinya sendiri dapat dilakukan dengan upaya kontrol diri, menggali potensi agar tercapai tujuan mulia, yaitu sesuatu menjadi seseorang yang kita inginkan berdasarkan nilai-nilai yang kita hargai. Pada tahapan kedua berkaitan dengan semua perilaku memiliki tujuan ada 2 hal yang diharapkan yaitu teori motivasi dan nilai-nilai kebajikan universal. Pada teori motivasi ada 3 motivasi ekstrinsik yaitu 1. untuk menghindari hukuman, 2. untuk mendapatkan imbalan, 3. untuk menghargai diri sendiri. Sedangkan untuk motivasi internal nilai-nilai kebajikan universal yaitu keyakinan kelas. Pada tahap ketiga berkaitan dengan model berpikir menang-menang, kolaborasi dan konsensus menciptakan pilihan-pilihan baru, terdapat 5 posisi kontrol dan segitiga restitusi. Pada penentuan 5 posisi kontrol meliputi : 1. penghukum, 2. pembuat rasa bersalah, 3. teman, 4 pemantau dan 5. manajer; sedangkan pada segitiga restitusi meliputi : 1. menstabilkan identitas; 2. validasi kebutuhan dan 3. menanyakan keyakinan. Pada tahap terakhir berkaitan dengan realitas (kebutuhan) jika berbeda, kita berusaha memahami tentang pandangan orang lain tentang dunia. Dari tahap kelima ada 5 kebutuhan dasar manusia yaitu : 1. penguasaan; 2. kasih sayang dan rasa diterima, 3. kesenangan dan 4. kebebasan. Bila kita kaitkan dengan materi pada modul 1 kita melihat ada pandangan dari Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah pembudayaan buah budi manusia yang beradab dan buah perjuangan manusia terhadap dua kekuatan yang selalu mengelilingi hidup manusia yaitu kodrat  alam dan kodrat zaman atau masyarakat. Pendidikan adalah tuntunan bagi seluruh kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Ibarat bibit dan buah. Tuntunan itu tidak bersifat mengikat akan tetapi memberikan kebebasan dan kemerdekaan anak untuk berkembang serta tumbuh sesuai kodrat zaman dan kodrat alat mereka. Kita hanya pamong yang mengarahkan mereka supaya tidak tergelincir melakukan kesalahan yang menghilangkan kebahagiaan mereka. Tuntunan-tuntunan yang mengarahkan mereka untuk hidup sesuai dengan keselarasan alam dan lingkungan dimana mereka tumbuh. Menuntun mereka untuk untuk menjadi agen perubahan atau subjek dalam pendidikan untuk menciptakan keterbiasaan dalam berbudaya positif.

Budaya positif penting dikembangkan di sekolah. Mutu sekolah dapat dilihat dari budaya positif yang hidup dan dikembangkan warga sekola. Dalam mewujudkan budaya positif ini, guru memegang peranan sentral. Guru perlu memahami posisi apa yang tepat untuk dapat mewujudkan budaya positif baik lingkup kelas maupun sekolah. Selain itu, pemahaman akan disiplin positif juga diperlukan karena sebagai pamong, guru diharapkan dapat menuntun murid untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab.

Membangun budaya positif di sekolah secara bersama-sama dengan warga sekolah dapat dimulai dari diri sendiri, selanjutnya dapat ditularkan pada murid sebagai subjek pendidikan dalam rangka mewujudkan profil pelajar Pancasila. Terbentuknya budaya positif ini perlu adanya kolaborasi antara warga sekolah, orang tua dan lingkungan masyarakat.

Guru sebagai pemimpin pembelajaran dapat menggerakkan komunitas praktisi, menjadi couch bagi rekan sejawat dan mendorong kolaborasi antar guru untuk bersama-sama mewujudkan budaya positif. Budaya positif yang berpihak pada murid adalah dengan mengembangkan visi bersama tentang apa yang ingin dicapai sekolah. Dengan melihat kekuatan positif yang telah dicapai sekolah. Ini dapat terwujud apabila guru dapat mengaplikasikan nilai-nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid.

Keberpihakan pada murid dapat diawali dengan membuat kesepakatan kelas / sekolah sebagai fondasi arah tujuan sebuah sekolah/ kelas yang akan menjadi landasan dalam memecahkan konflik atau permasalahan di dalam sekolah/ kelas. Dengan keyakinan sekolah/ kelas murid akan tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinan, dari pada hanya menjalankan peraturan tertulis tanpa makna.

Restitusi sebagai salah satu cara menanamkan disiplin positif pada murid sebagai bagian dari budaya positif di sekolah. Tujuan disiplin positif adalah menanamkan motivasi untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percayai. Disiplin restitusi di posisi manajer atau minimal pemantau diharapkan dapat menghasilkan murid yang mandiri, bertanggung jawab dan merdeka

Penerapan segitiga restitusi dalam menanamkan disiplin positif adalah hal yang menarik bagi penulis. Ini menjadi hal yang baru buat penulis sebagai calon guru penggerak (CGP) karena sebelumnya belum pernah saya alami dalam membimbing murid berdisiplin positif.

Dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun di sekolah cara pikir penulis sudah mulai berubah. Perubahan itu terjadi karena refleksi atau praktik disiplin yang penulis alami serta dampaknya  pada murid-murid penulis sebagai guru. Sebelumnya penulis sebagai guru dalam posisi kontrol penghukum dan pembuat rasa bersalah. Setelah mengetahui restitusi penulis berusaha pada posisi manajer atau minimal pemantau.

Penerapan konsep-konsep inti modul budaya positif yang pernah saya alami adalah lima posisi kontrol. Dari ke lima posisi kontrol yang diterapkan sebagai guru hanya pada posisi penghukum dan membuat rasa bersalah. Namun secara tidak disadari saya juga pernah menerapkan posisi pemantau maupun restitusi untuk menanamkan disiplin positif di kelas dan di sekolah. Selanjutnya saya akan berusaha berada pada posisi kontrol manajer dalam penerapan disiplin positif sehingga tercipta budaya positif.

2. Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar

Emosi yang saya rasakan ketika melaksanakan penerapan teori disiplin positif ini dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, saya menjadi merasa lebih sabar dalam menghadapi anak-anak, adanya pengaturan emosi yang sangat terkontrol, tidak melihat suatu kesalahan anak dari satu sudut pandang, akan tetapi lebih memandang dari banyak hal sehingga saya merasa adanya keterjalinan hubungan emosi yang lebih baik antara anak dengan pengajarnya/ gurunya.

3. Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar

Hal baik yang telah saya miliki dan juga anak-anak karena kami memiliki lingkungan belajar yang kondusif dan dapat membuat suatu komunikasi yang positif tanpa adanya tekanan dan ketidak berdayaan. Selain itu anak-anak walaupun berasal dari kondisi latar belakang yang berbeda akan tetapi dapat melaksanakan komunikasi dan kolaborasi dengan baik.  

4. Apa yang perlu diperbaiki dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar

Dalam proses pembelajaran pada awalnya posisi kontrol yang sering digunakan adalah penghukum, guru memandang semua permasalahan yang muncul dari anak-anak dari satu sudut pandang, sehingga kurang memperhatikan apa sesungguhnya yang ada dalam pikiran mereka, mengapa mereka melakukan itu, apa yang diinginkan dan apa dampaknya belum menjadi fokus utama, sehingga dari proses belajar yang saya dapatkan saya menjadi lebih mengontrol diri, untuk dapat lebih memahami anak-anak, bersama dengan mereka membuat suatu keyakinan kelas yang dapat diterapkan secara konsisten dan bersama-sama.

5. Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi

Dari proses yang dilakukan keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi saya sangat terasa ada suatu perbedaan. Dimana pada awalnya guru memiliki emosi yang kurang terkontrol ketika anak-anak dilihat melanggar tata tertib sekolah. Padahal anak-anak mungkin saja tidak tau tata tertib tersebut karena tidak adanya pembahasan yang lebih mendalam akan apa konsekuensi dan akibat jika tata tertib tersebut dilanggar.

B. Analisis Untuk Implementasi Dalam Konteks CGP

Indikator :

1. Memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh

Setelah saya mempelajari pemahaman materi pada modul 1 ini  banyak hal yang saya dapatkan berkaitan dengan nilai-nilai apa yang harus dimiliki oleh seorang pendidik dan apa peranan saya sebagai seorang pendidik. Ternyata guru tidak saja hanya memiliki tugas mengajar lalu usai melaksanakan tugas langsung pulang dan menerima gaji setiap bulannya. Ternyata guru memiliki suatu tugas yang lebih dari sekedar itu. Ada banyak hal positif yang saya dapatkan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas karena anak-anak yang saya hadapi memiliki beranekaragam latar belakang, sehingga perlu adanya penanganan yang khusus terhadap kasus-kasus yang anak-anak hadapi, hal ini saya dapatkan dari teori kontrol

2. Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru

Dalam mengimplementasikan nilai-nilai positif yang terdapat dalam modul 1 saya dapat hal-hal baru yang sebelumnya belum pernah saya dapatkan dalam pendidikan saya sebelumnya, Sebagai seorang guru memiliki suatu tujuan yaitu untuk menuntun anak-anak sesuai dengan kodrat alam dan zamanya, bukan mengajar anak-anak lalu mengevaluasi mereka hanya sekedar untuk mendapatkan nilai yang bagus. Lantas apakah itu menjamin anak-anak akan selamat dan bahagia, belum tentu. dari sini saya dapat memulai dari diri sendiri dengan bertanya pada diri ingin menjadi guru seperti apa saya, apakah saya akan menjadi guru yang dapat menuntun kodrat anak-anak atau hanya sekedar berada di zona nyaman tanpa melakukan tindakan lebih yang dapat memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar yaitu anak-anak.

3. Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat sekolah maupun daerah)

Dalam menerapkan apa yang kita yakini tentu banyak hal yang menjadi perhatian, seperti tantangan dan hambatan. Sebab yang dihadapi bukan satu atau beberapa orang saja akan tetapi banyak orang yang mungkin visinya tidak sejalan dengan pemikiran kita. Adapun tantangan yang saya hadapi diantaranya ketidak samaan persepsi dengan para senior yang telah lama memiliki pemikiran yang sudah mereka anggap benar sejak lama, dukungan dari kepala sekolah yang masih memandang perubahan zaman sebagai sesuatu yang sudah biasa terjadi dan kita hanya ikut alur mengikutinya dengan meyakinan hal-hal yang sebelumnya telah diturunkan secara turun temurun.

4. Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi

Beberapa alternatif solusi terhadap tantangan yang saya hadapi diantaranya dengan melakukan praktik-praktik baik yang saya yakini akan memberikan dampak baik untuk anak-anak, karena saya menyadari sebagai guru yang masih muda, walau memiliki kemampuan anak-anak generasi Z akan tetapi saya sadar akan dapat memberikan dampak positif jika mampu memberikan bukti-bukti bukan dengan sekedar kata-kata dan mengiming-iming dengan impian yang muluk-muluk atau bahkan beradu argumen tanpa menghasilkan apa-apa.

C. Membuat Keterhubungan

Indikator :

1. Pengalaman masa lalu

Pengalaman masa lalu yang dapat saya jadikan pembelajaran adalah, pengalaman yang pernah saya lakukan kepada anak-anak ketika mereka menghadapi masalah atau melakukan pelanggaran saya mungkin termasuk guru yang tergolong penghukum, karena ketika melihat perbuatan yang salah / pelanggaran langsung memarahi anak-anak, tanpa memberikan pilihan yang lebih bijak dengan menggunakan posisi-posisi kontrol yang lain. Bagi saya waktu itu hal yang salah pantas untuk diberikan hukuman atau reward sehingga dapat memberikan efek yang lebih mendisiplinkan anak-anak. Ternyata hal tersebut tidak selamanya berdampak bagus karena anak-anak ada yang memiliki sifat yang cenderung dendam dan tidak menerima apa yang telah dia dapatkan walaupun hukuman sekalipun. Inilah yang membuat saya merefleksi dan terus belajar hingga mendapatkan pembelajaran tentang teori kontrol dari guru penggerak ini.

2. Penerapan di masa mendatang

Penerapan di masa mendatang setelah saya mempelajari materi pada modul 1 ini, saya menjadi pribadi yang lebih sabar dan lebih dapat mengontrol diri untuk dapat mengelola emosi sehingga tidak langsung memberikan efek negatif kepada anak-anak, akan tetapi lebih dengan cara-cara yang positif dalam menerapkan disiplin positif. Sehingga harapannya dapat memberikan pelayanan kepada anak-anak dalam proses menuntun untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan mereka.

3. Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari

Praktik baik yang telah saya lakukan dalam kaitan saya menerapkan modul 1 ini diantaranya berupa melakukan kolaborasi dalam kelompok MGMP Matematika (komunitas praktisi) dalam membuat acara seri berbagi, aktif dalam melaksanakan pengembangan kewirausahaan di sekolah dalam bentuk kegiatan berkebun, berjualan untuk anak-anak sebagai pengganti uang kas mereka, hingga mengembangan diri dalam membuat media komunikasi digital bagi seluruh warga sekolah berkaitan dengan transparansi, dan program-program strategis sekolah.

4. Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP

Informasi yang didapat berkaitan dengan pengembangan diri seperti halnya program guru penggerak ini kedepan akan saya gunakan untuk menjadi pemimpin pembelajar di kelas/ sekolah agar dapat menuju arah perubahan yang lebih baik dan menjadi sarana bagi anak-anak untuk dapat belajar lebih baik sesuai dengan perkembangan kodrat zaman dan kodrat alam mereka untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan mereka dalam kehidupan mereka kelak.

Link Aksi nyata 


0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih Sudah Berkontribusi Pengembangan Blog Ini